Rabu, 14 September 2011

Skripsi Bab I






BAB I

PENDAHULUAN

Penderitaan adalah merupakan bagian  terpenting dari doktrin kristologi selalu menjadi isu perdebatan sepanjang zaman, karena penderitaan merupakan fakta yang sangat dekat dengan kehidupan manusia dan menyentuh semua orang tanpa batasan sehingga menarik untuk dibahas dan dipelajari, sebab pada dasarnya manusia cenderung hanya melihat suatu pengharapan yang dijanjikan Tuhan tanpa mau mengalami suatu penderitaan.
 Memang diakui bahwa penderitaan tak pernah lepas dari kehidupan setiap orang seperti pernyataan Oscar Wilde berkata, ”Saya dapat melawan apa saja, kecuali pencobaan”[1] jadi pencobaan adalah masalah yang serius tetapi bukalah satu-satunya akhir berhentinya hidup ini, karena itu terjadi pasti ada tujuannya dan dampaknya bagi hidup orang yang percaya.
Apalagi melihat berbagai aspek yang ada secara langsung maupun secara tidak langsung melalui media informasi, baik cetak maupun elektronik, misalnya peristiwa atau musibah yang terjadi saat ini baik itu bencana, kesulitan, penyakit, konflik, penganiayaan, dalam rumah tangga, kemiskinan, dan sebagainya, sungguh betapa fenomenanya hidup ini selalu berganti antara senang dan sedih, antara bahagia dan derita karena memang hidup manusia silih berganti dalam menjalani kelangsungan hidup di dunia ini.
 Itulah inti mata rantai  yang menjadi kehidupan manusia. Penderitaan tidaklah jauh berbeda dengan pencobaan. Pencobaan adalah status atau suatu keinginan untuk melakukan sesuatu atau mencoba suatu hal.
 Dan banyak orang terjebak dalam pemahaman yang salah dan memberikan berbagai tanggapan yang sebenarnya tidak harus membutuhkan pertolongan di luar manusia selain Allah. Hal ini boleh dilihat dengan alternatif atau berbagai cara  yang ditempuh sebagai solusi yang tepat, supaya keluar dari permasalahan yang ada, dengan memohon pertolongan kepada peramal nasib (para normal) atau dukun, dan berbagai kekuatan Supranatural lain di luar Tuhan supaya lepas dari penderitaan, beban dan permasalahan hidup yang mengancam hidupnya di dunia ini yang dalam hal ini menganggap kebenaran itu adalah relatif bergantung bagaimana pendapat masing-masing sesuai dengan apa fakta yang terjadi.
Meskipun dirasa itu bukan makna yang sebenarnya bila ditinjau dari Firman Tuhan secara rohani, manusia tak pernah menyadari bahwa hidup tidak pernah lepas dari permasalahan dan pergumulan hidup selama hidup ini, karena ini adalah sesuatu yang sudah digariskan oleh Tuhan tanpa melihat status baik orang percaya maupun yang tidak percaya akan menyetuh siapa saja
Disisi lain bagi orang Alkitab mengajarkan bahwa penderitaan merupakan bagian integral dari status sebagai seorang Kristen, syarat mengikut Yesus adalah Salib/kematian(Mat.16:24-26) dan meninggalkan sesuatu(Mat. 19:21,Mar.10:21, Luk.18:22).
Apakah ini bukan menambah keberdosaan manusia dihadapan  Tuhan, kalau manusia tidak lagi mengandalkan dan membutuhkan Tuhan sebagai pertolonganya malah beralih kepercayaan dari pada-Nya sebagai pencipta pemilik hidup dan isi dunia ini.
Keadaan seperti inilah yang perlu mendapat perhatian yang sangat serius karena beralihnya manusia dari Tuhan, sama artinya merusak hubungannya dengan Tuhan dan meragukan pertolongan-Nya, meskipun hanya dengan waktu taraf tertentu saja.
Sebagai hamba Tuhan ikut juga terbeban dalam hal ini, apa yang seharusnya dilakukan untuk menjawab kebutuhan ini, mungkinkah praktek yang di atas untuk sementara dapat diterima sebagai suatu bentuk kepedulian terhadap penderitaan yang terjadi, tanpa membatasi status keberagamaan yang dianut oleh seseorang. Maka untuk itulah topik ini ada bahwa penderitaan adalah salah satu resiko kehidupan yang tidak bisa dihindari.[2]
 Jadi oleh karena menariknya topik ini, maka banyak pandangan yang muncul dan berbeda tentang makna penderitaan ini bahkan tidak sedikit orang menganggap ini adalah akibat dosa, kutuk, yang di hadapi oleh seseorang sebagai dampak ketidak taatannya dan lebih dibingungkan lagi dengan munculnya teologi yang memberikan penekanan pada hidup kaya, diberkati dan berkelimpahan yang serba mewah sekali. [3]
Ajaran demikian memang menarik adanya karena menawarkan kepada manusia ajakan menyembah Tuhan dan tetap mencintai kekayaan dan inilah ajaran yang sangat poluler secara praktis dikalangan orang Kristen saat ini dan sudah ada sejak abad yang ke-20an dan hampir tidak ada kekristenan yang tidak dipengaruhi oleh ajaran ini, kalau melihat keadaan rakyat Indonesia saat ini konteks itu tentu tidak relevan karena berjuta-juta penduduk dunia masih banyak yang hidup dibawah garis penderitan dan kemiskinan.
Namun  apabila hal ini tidak bisa disikapi dengan benar maka manusia menjadi Tuhan bagi dirinya sendiri dan menyalahkan Tuhan terhadap apa yang sudah diperolehnya, menganggap rasa keadilan dan kedaulatan Allah yang sebenarnya terletak dimana dalam situasi tersebut,  dan ini adalah merupakan suatu pertanyaan yang sangat penting sekali dan memerlukaan suatu penjelasan yang amat panjang.
Oleh karena itu betapa pentingnya dan seriusnya tema ini disampaikan bagi orang Kristen saat ini, khususnya dalam menghadapi dunia yang skeptis ini  karena memang penderitaan adalah bukan merupakan suatu hal yang baik menyenangkan kehidupan manusia yang  dampaknya bisa menimbulkan kematian seseorang seketika, apabila tidak menyadari bagaimana hubungan spritualnya dihadapan Tuhan secara rohani karena, manusia hanya mengetahui hal yang tidak berdampak pada nilai kekekalan.
Jadi penderitaan di pakai Allah untuk kemuliaan-Nya sampai  dimana kesalehan umatnya terhadap Tuhannya, hal ini dibuktikan dengan perkataan rasul Paulus  bahwa penderitaan terjadi supaya kebenaran Allah dan karya-Nya nyata di dalam dunia ini.[4] Penderitaan yang dialami semua orang adalah suatu peringatan dan penghiburan sebagai persiapan bagi keadaan darurat yang akan segera datang karena itu hendaklah bertekun,bersabar dan tetap bersukacita dalam menghadapinya, karena semuanya terjadi menurut pemeliharaan Allah, dan membawa berkat tersendiri, serta memberi jaminan untuk ikut serta dalam kemuliaan Kristus masa yang akan datang (1 Pet. 4:13).
Merril C. Tenney memperjelas dalam bukunya Survey Perjanjian Baru mengatakan orang Kristen yang menderita tidak hanya dialami oleh sebagian orang yang sudah percaya tetapi seluruh orang Kristen di dunia ini mengalami nasib yang sama.[5]
Menurut penulis pernyataan ini sangat mendukung sekali sebagai suatu  perwujudan bahwa penderitaan adalah bagian dari hidup orang percaya yang sudah digariskan oleh Tuhan karena orang percaya dipanggil untuk itu sebagai prajurit yang baik dari  Kristus (band. I Tim. 2:3 dan Rat. 3:37, 38) yang siap menanggung segalanya demi panggilan itu yang menunjukkan bahwa Tuhan ingin memakai umatnya untuk kepentingan-Nya.
Maka dari kutipan di atas penderitaan merupakan hal yang tidak bisa terlepas dari hidup orang percaya dan hal itu menunjukkan bahwa adanya hubungan antara Allah dalam segala kejadian di dunia ini atau dengan kata lain, Allah Berhak  atas ciptaan-Nya karena Dia yang menciptakan serta memeliharanya dan memanfatkannya untuk kepentingan-Nya, sehingga orang percaya juga dengan sikap yang sama percaya bahwa dia bukan miliknya sendiri melaikan milik-Nya Tuhan(I kort.7:23).
Jadi rencana Tuhan bagi manusia tak pernah gagal sebab dalam penderitaan ada pemulihan dan memiliki pengharapan yang pasti bagi yang tetap teguh kepada-Nya. Pada masa kini juga dapat dilihat  berbagai pandangan yang berbeda mengenai pengertian ini, di sebabkan oleh pemahaman atau persepsi yang salah secara teologis, tentang makna dari penderitaan ini dari sudut pandang Alkitab.
Oleh sebab itu melalui skripsi ini penulis berusaha memberikan pandangan yang alkitabih tentang makna penderitaan yang sebenarnya sesuai dengan konteks dalam Firman Tuhan itu sendiri karena kebenaran sejati hanyalah dengan memahami dan mengerti Firman Tuhan yang diatas segalanya dari segala bentuk pengetahuan belaka manusia ini. Alkitab  adalah petunjuk hidup yang paling ampuh menjawab berbagai kesulitan itu semuanya. [6]

Latar Belakang Permasalahan
Dari sekian banyak doktrin Kristen, penderitaan adalah menjadi salah satu hal yang tidak disukai oleh orang percaya pada umumnya, karena memang harus diakui bahwa penderitaan adalah sulit untuk di lalui, sehingga ada kesan orang percaya yang kurang memberikan perhatian serius atas pokok ini, karena banyak  perbedaan tentang makna penderitaan ini, sehigga ada kalanya membuat orang percaya bingung apakah seharusnya orang yang sudah percaya bisa mengalami penderitaan atau sebaliknya tidak?. Bukankah manusia sudah di keluarkan untuk itu?
Alkitab menjelaskn bahwa menderita sebagai Kristen adalah merupakan bagian dari  kehendak Allah dan kesaksian atas orang percaya sehingga Tuhan di dalamnya terlihat kemuliaan-Nya seperti,  Tuhan juga mengalaminya dan para rasul-rasul Yesus ketika melakukan pelayanan kepada orang-orang yang belum percaya.
Sastro Soedirjo dalam bukunya mengatakan bahwa orang Kristen hidup sebagai seorang musafir artinya selaku warga kerajaan Allah (1 Pet. 2:12-17), selaku hamba (1 Pet. 2:18-25) dalam hubungannya dengan orang-orang beriman harus serta saling melayani (1 Pet. 4:7-11).[7] Supaya Allah di muliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus, meskipun dalam hidup orang Kristen terjadi berbagai macam penderitaan yang diperhadapkan baik melaui siksaan, penolakan dunia untuk memuliakan Tuhan, dan menyaksikan imannya semua itu tidak sia-sia pada umumnya Allah menyediakan kebenaran bagi orang yang percaya kepada-Nya.
Jadi pernyataan di atas mengandung satu kebenaran dalam konteks pelayanan terhadap sesama dalam hal memperkenalkan Kristus sebagai satu-satunya tugas orang percaya harus rela membayar harga demi Kristus.

Alasan  Pemilihan Judul
Alasan penulis untuk memilih dan memakai judul ini adalah, pertama penulis ingin mendalami sampai sejauh mana selama ini orang percaya memahami artinya penderitaan yang menurut hemat saya ada sejumlah orang tidak menerima hal ini, sesungguhnya diizinkan Tuhan supaya orang percaya lebih mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya,
Kedua, adalah karena penderitaan adalah sesuatu hal yang selalu menyertai hidup orang percaya dan fakta yang dialami hanya bisa tahan untuk mengahadapinya, Ketiga, untuk memperbaiki konsep pemahaman yang salah selama ini telah menyusup kedalam kekristenan sehingga ada kalanya mereka tidak menerima ini sebagai suatu kenyataan yang real karena ada sejumlah kelompok teologi tertentu tidak menerima adanya penderitaan, baik yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya (Misalnya Kemiskinan ) maupun juga di dalam Tuhan.
Ketiga, adalah untuk menjawab berbagai konsep yang salah tersebut sehingga tidak menimbulkan persepsi di antara orang percaya seperti penderitaan yang dimaksud dalam kitab Petrus dan bagaimana mengahadapinya sesuai dengan yang difirmankan oleh Alkitab dengan benar.

Tujuan Penulisan
Di dalam penulisan skripsi ini, adapun tujuan yang hendak dicapai lebih di pusatkan kepada penelitian yang secara induktif mengkaji data-data Alkitab yang berbicara tentang penderitaan sebagai berikut antara lain:
Pertama, tujuan soteriologi adalah makna penderitaan perlu diajarkan kepada semua orang percaya supaya pemahamanya diubah bahwa penderitaan tidak selamanya disebabkan oleh karena pengaruh dosa.
Kedua, tujuan misiologi adalah supaya orang percaya harus diberi kekuatan dalam memberitakan injil dan tidak perlu takut kepada  berbagai pencobaan dan tantangan yang terjadi dari luar, karena Allah akan menyatakan kemuliaan-Nya bagi orang yang hidup dalam memberitakan firman-Nya bagi orang yang belum percaya.
Ketiga, tujuan eksiologi adalah supaya gereja memahami dengan benar bahwa penderitaan adalah merupakan suatu pelayanan yang berharga apabila di alami oleh karena perbuatan baik di dalam Kristus Yesus.[8]
Keempat, tujuan eskatologi adalah memberikan suatu keyakinan bagi orang percaya supaya tidak takut dalam menghadapi ancaman yang kemungkinan terjadi pada zaman ini karena Tuhan sudah memberikan pengaharapan bagi orang percaya yaitu Roh kemuliaan .
Kelima, adalah untuk mengemukakan kebenaran-kebenaran yang Alkitabiah sesuai dengan konteks Alkitab sehingga paradigma yang lama boleh  diubahkan karena kebenaran ini.
Keenam, tujuan teologi bagi para kaum awam yang mau belajar teologi biarlah kebenaran ini yang ditulis dalam skripsi  dipakai sebagai acuannya, dan lebih dari itu diharapkan mampu menerapkannya bagi kehidupan sosial dalam masyarakat, lingkungan sosial lainnya, karena ini adalah satu faktor yang paling gesit membuat manusia tidak mau menerima kenyataan dan fakta yang terjadi dari berbagai terpaan hidup dalam dunia ini.
Ketujuh, adalah memahami secara mendalam dasar-dasar dan konsep penderitaan secara benar serta eksistensinya dari penderitaan tersebut.
Kedelapan, adalah melengkapi sebagian dari persyaratan untuk meraih gelar sarjana di Yayasan Sekolah Tinggi Teologia Agapes Jakarta.

Problem Statement
problem statement dalam tulisan  ini adalah demikian: ” Adanya sejumlah konsep teologi tertentu tidak menerima adanya penderitaan bagi orang percaya dan ini sudah terjadi disepanjang sejarah kekristenan dan juga bagi gereja Tuhan saat ini.”
Untuk mempermudah keterangan lengkap mengenai problem statement tersebut, diadakan penelitian sejumlah fenomena yang terjadi pada beberapa paham konsep teologi yang bersangkutan, khususnya mengenai konsep teologi tersebut terhadap penolakan penderitaan yang terjadi atas hidup orang pecaya dan juga terhadap metode penafsiran pada setiap teologi yang ada.

Rumusan Masalah
Untuk mempermudah upaya identifikasi terhadap persoalaan yang akan dibahas seputar masalah penderitaan dengan segala solusi dan jawaban terhadap sejumlah permasalahan tersebut, maka permasalahan di atas dapat dirumuskan secara detail dan spesifik, sebagai berikut:[9]
Pertama, mengapa sejumlah orang dan kelompok menolak konsep penderitaan baik secara jasmani maupun secara rohani? Kedua, bagaimanakah sebenarnya metode, penafsiran, dan metode teologi yang dipakai oleh sejumlah kelompok tesebut dalam memahami konsep penderitaan? Ketiga, apakah penganut teologi tersebut menamakan diri juga sebagai orang Kristen?  Keempat bagaimanakah metode interpretasi yang tepat dan benar secara Alkitabiah digunakan untuk menyingkapkan kebenaran terhadap konsep penderitaan? Kelima, apasajakah teks-teks kunci dalam penderitaan yang menjadi solusi dan relevan untuk dipakai sebagai solusi yang tepat menyelesaikan dan memecahkan masalah tersebut di atas? Keenam, bagaimana menjawab permasalahan di atas baik secara logis maupun secara teologis sehingga tampil secara elegan dan mudah dipercaya secara ilmiah dan secara teologis? Ketujuh, apakah dasar hermeutik yang dipakai cocok secara teologis sesuai dengan konteks tersebut? Kedelapan, bagaimana dasar hermeneutik yang dipakai oleh sejumlah kelompok tesebut. [10]
Kesembilan, darimanakah sesungguhnya datangnya penderitaaan itu? sebab kalau hal ini terjadi dalam hidup orang percaya bukankah Yesus Kristus sudah menebus umatnya lewat kematiannya di kayu salib?[11]
Kesepulah, mengapakah sesungguhnya Tuhan memakai penderitaan itu sebagai alat untuk pemurnian orang percaya?
 Kesebelas, apakah tidak ada cara lain yang harus dilalui selain hal itu? Keduabelas, benarkah  pandangan teologi pembebasan yang mengatakan bahwa penderitaan tidak cocok dengan kerajaan Allah yaitu suatu kerajaan kasih dan keadilan  dalam kehidupan orang percaya?[12]
Ketigabelas, apakah yang menjadi bukti bahwa Tuhan sudah membebaskan umatnya dari penderitaan? [13] apakah penderitaan terjadi oleh karena perbuatan baik atau sebaliknya.[14]
Empatbelas, bagaimana cara untuk menerima penderitaan tersebut dialami oleh orang percaya? [15].

Proposisi
Sebagaimana telah diuraikan dan dijelaskan secara singkat sebelumnya terhadap berbagai permasalahan-permasalahan yang terjadi tentang isi karya ilmiah ini, maka penulis memberikan suatu kesimpulan yang merupakan keyakinan sementara dan mendekati sebelum penggalian yang lebih dalam konteks 1 Petrus 4:12-19 tentang topik ini dengan akurat dalam setiap apa yang sudah dibahas di dalam isi karya ilmiah ini sebagai berikut :
Pertama, penderitaan adalah tanda dasar yang menjadi warna kehidupan (Background life) dan kesaksian iman Kristen dalam mengiring Tuhannya hal ini dibuktikan dalam 1 Petrus 4:1-6.
Kedua, penderitaan adalah merupakan suatu dasar proses pemurnian iman sabagai ujian terhadap orang percaya hal ini dapat dibuktikan (ayat 12) sehingga imannya akan teruji lewat proses penderitaan tersebut.
Ketiga, Penderitaan adalah merupakan proses bagi orang percaya sebagai bagian dari penderitaan yang dialami oleh Yesus Kristus (ayat 13).
Keempat penderitaan adalah, merupakan sukacita bagi setiap orang percaya oleh karena Tuhan mengubahnya degan kemuliaan dimasa yang akan datang apabila itu terjadi oleh karena nama Tuhan (ayat13).
Kelima, adalah penderitaan merupakan suatu kehormatan yang mulia apabila terjadi oleh karena mempertahnkan iman di dalam Kristus Yesus(4:13) karena melalui pengalaman ini persekutuanya dengan Tuhan semakin bertumbuh.
Keenam, penderitaan adalah, melibatkan orang percaya dalam pelayanan terhadap Roh Kudus.
Ketujuh, penderitaan adalah, kesempatan untuk bersaksi bagi orang lain sehingga melaluinya nama Tuhan akan ditinggikan (ayat 4:16).
 Kedelapan, penderitaan merupakan tanda dasar yang membawa kemuliaan bagi kehidupan seorang Kristen, dalam menggenapkan rencana-Nya Tuhan untuk membentuk gereja menurut citra Tuhan dan memperluas kesaksiannya agar semakin lengkap di dunia, Allah menginjinkan penderitaan, baik secara berkelompok maupun secara perorangan (1 Ptr. 1:6-7; Ayb. 23:10; Mzr. 119:67,71) karena itu hendaklah di dalamnya ada sukacita
kesembilan, penderitaan merupakan salah satu alat yang indah dipakai Allah untuk pemurnian iman seseorang sehingga semakin sempurna di dalam Tuhan dan memaknai hidup bersama dengan Tuhan yang menimbulkan ketabahan.
Kesebelas, penderitaan adalah sebagai suatu bukti  kepada dunia bahwa Tuhan yang paling berkuasa atas dunia ini dan berhak atas kehidupan manusia karena Roh kemuliaan ada kepada umat Tuhan.
. Meskipun berbagai pendapat telah disimpulkan penulis dalam karya ilmiah ini dan bagi penulis sangat meyakinkan secara real, tetapi itu tidak cukup memadai secara sempurna karena untuk itu harus lebih dibuktikan dengan berbagai data-data secara literal sesuai kebenaran Alkitab, dan ini dapat diketahui secara jelas pada bab-bab dan kesimpulan akhir penulis penjelasan berikutnya.

Pentingnya Penelitiaan
Pentingnya penelitian dalam skripsi ini adalah mengkaji apa yang dikatakan oleh Alkitab, sehingga skripsi ini memberi arti penting dalam memahami konsep penderitaan yang sebenarnya antara lain adalah:
Pertama, penelitian penting untuk meneguhkan dan meyakinkan orang Kristen agar tidak terombang-ambing takkala muncul berbagai konsep yang berbeda diantara orang percaya, harus diketahui bahwa ini semua konsep yang menyatakan bahwa penderiataan tidak terjadi dalam hidup Kristen oleh karena kita telah ditebus dan sebagai anak Raja adalah kebohongan.
Kedua, pentingnya penelitian ini diharapkan dapat memberi dampak yang positif bagi perkembangan iman Kristen dan juga  dalam perkembangan teologi yang ada.
Ketiga, untuk menyikapi suatu kebenaran akan fakta bahwa Tuhan memberi jaminan kepada orang percaya yang mengalami oleh karena berbuat baik dalam nama Kristus.
Keempat, untuk memberikan penjelasan kepada orang percaya agar bersikap sabar, gembira dan tabah bila itu terjadi oleh karena kebaikan dan tetap berdoa karena orang percaya memiliki Roh kemuliaan.

Ruang Lingkup Penelitian
Dalam memberikan bukti terhadap berbagai kesimpulan yang dikemukakan dalam hal di atas, adapun ruang lingkup penulisan skripsi ini lebih dipusatkan atau difokuskan khususnya pada kitab 1 Petrus 4:12-19 untuk menghindari pembahasan yang meluas dan tidak terarah pada konteks di atas serta data-data fakta secara iduktif dalam Alkitab, baik dalam melihat berbagai latar belakang yang terjadi secara historisnya, serta bagaimana pengertian dan aplikasinya dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat Kristen, khususnya dalam menghadapi penyimpangan-penyimpangan terhadap konsep teologi yang tidak pada tempatnya.
Penelitian utama adalah lebih diarahkan pada pandangan sejumlah konsep teologi yang menolak fakta penderitaan, dan pandangan yang menganggap penderitaan terjadi karena dosa dan sesungguhnya hal itu tidak sepenuhnya terjadi dalam berbagai kehidupan orang kristen. Dalam bahasa Yunani kata ini Peirasmous (peramous) artinya pencobaan, ujian, peiramoun, (Nominatif tunggal) akar kata dari peras (peras),  bentuk kata benda artinya penderitaan menuju kepada cobaan dalam suatu hal sebagai ujian yang akan dihadapi orang percaya.[16]
Menurut Georffrey dalam Theologikal Dictionary of the new testament juga memakai kata yang sama dalam bahasa Yunani yaitu, Peirasmous (Peiramous) akar kata dari Peira (Peira) artinya test, Peirazo( (Peirazo) artinya test, temple artinya testing atau ujian. Jadi peirasmous adalah menuju kepada cobaan atau ujian yang diperhadapkan kepada orang kristen oleh karena sesuatu hal.[17] Adapun kata kunci dalam pembahasan ini yaitu sebagai berikut.
pertama, Nyala api. dalam bahasa Yunani berarti hal memasukkan kedalam api untuk diuji hal ini ada hubungannya dengan Pasal 1: 6-7.
Kedua, Bersukacita dalam bahsa Yunani Agaliomenoi yaitu kata ini ada hubungannya dengan kesukaan yang dialami pada penyataan Kristus,
Ketiga, berbahagialah kamu  jika kamu dinista adalah merupakan suatu hinaan atau celaan yang diperhadapkan kepada anak-anak  Tuhan oleh karena mereka orang yang percaya kepada Kristus
Keempat, Roh Kemuliaan dalam bahasa Yunani adalah ”Shekinah” yang menuju kepada cahaya kemuliaan yang kelihatan yang melambangkan hadirat Allah di tengah-tengah umat-Nya (bnd Kel. 40:34,35).
Kelima, menderita sebagai orang Kristen, janganlah ia malu ini adalah ada hubungannya dengan pengakuan orang Kristen terhadap nama Kristus dalam menjadi saksi pada penyataan terhadap iman sebagai orang Kristen.
Keenam, penghakiman, hal ini berkaitan dengan tanggung jawab orang Kristen terhadap Tuhan sebagai saksi di tengah orang-orang yang tidak percaya
Ketujuh, menyerahkan, dalam hal ini merupakan penekanan utama yang disampaikan bila mana orang percaya mengalami penderitaan dalam keadaan itu kesungguhan dan penyerahan yang sungguh lebih untuk menyatakan kepercayaannya kepada Tuhan , dengan berlaku setia, berbuat baik kepada Tuhan-Nya.........

Metode dan Prosedur Penelitian

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang lebih praktis dan memiliki kualitas teologis, maka penulis memakai metode dan prosedur yang berlaku di sekolah Tinggi teologia Agapes Jakarta adalah sebagai berikut:
Pertama, mengutip dan menjelaskan ayat-ayat Alkitab yang membahas tentang makna penderitaan khususnya dalam Perjanjian Baru, ini dinamakan dengan metode induktif Alkitab karena metode ini adalah cara mempelajari Alkitab yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya sesuai dengan maksud Allah dan dipastikan metode ini secara literal dapat memberikan makna teologis yang sebenarnya.
Kedua, dengan mengemukakan makna rohani dan teologis tujuan penderitaan itu sehingga dapat memberikan sedetail mungkin dan bisa disingkapkan kebenarannya bagi orang percaya.
Ketiga, dengan mengadakan studi kepustakaan yang merupakan usaha mengumpulkan data-data yang menambah referensi penulis dalam mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini.
Adapun sumber yang dipakai penulis sebagai sumber kepustakaannya adalah: kamus, buku teologi, buku tafsiran teologi, eksposisi, diktat kuliah, dan berbagai media elektronik lainnya seperti Internet, dan sebagainya sebagai penambah informasi dan penunjang penulis demi terselesaikan skripsi ini.
Keempat, dengan cara dialog antara pemimipin gereja, para hamba-hamba Tuhan yang berkecimpung dalam bidang misi di daerah yang belum terjangkau Injil.
Kelima, penulis juga dengan mengadakan konsultasi terhadap para dosen pembimbing dan serta teman-teman yang bisa dipercaya dan mampu, untuk memperoleh sejumlah masukan informasi baik itu berupa saran, tanggapan, arahan, dan kritik yang bermanfaat guna melengkapi data-data yang dibahas, sehingga secara kualitas skripsi ini memiliki nilai teologis yang berdaya guna secara ilmiah bagi orang percaya khususnya.
Keenam, dengan membaca secara berulang-ulang teks yang sudah ditentukan untuk memudahkan dalam pembahasan selanjutnya.

Definisi Istilah
Untuk mempermudah penulis dalam pembahasan pokok bahasan skripsi ini, maka penulis mendefinisikan beberapa istilah pokok yang dibahas yaitu ”dasar teologis, penderitaan, Kristen, aplikasinya, gereja.
Pertama, ” Dasar ” artinya fondasi, pokok pangkal, asas, jadi dasar yang kuat yang dijadikan sebagai konsep secara benar untuk memperkuat sesuatu pendapat , yang berarti ”pemberian alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah”.[18]  Dalam bahasa Inggris kata ini adalah argumentation artinya memberikan pendapat atau pendirian dalam pemikiran.[19]
Kedua, secara terminologis, makna menurut kamus umum bahasa Indonesia berarti “maksud atau arti dari penderitaan adalah sesuatu hal yang tidak menyenangkan. ”[20]
Ketiga, kata ”penderitaan” yang berasal dari kata benda yaitu derita artinya menanggung (merasakan) sesuatu yang tidak menyenangkan. Kata ini dalam bahasa Yunani adalah Peirasmous, yang memiliki pengertian apa yang terjadi pada seseorang atau yang sedang mengalami sesuatu  yang tidak baik. Dalam Bible works 7 tertulis bahwa penderitaan adalah sesuatu hal yang tidak menyenangkan.
Dengan demikian penderitaan merupakan lawan kata dari kesenangan.[21] Sakit secara jasmani tak enak yang diproduksi oleh penyakit, kecelakaan, dan lain lain sakit mental yang menderita hal atau yang menyusahkan; gangguan. penyebab menyakitkan menyatakan sakit (ungkapan terluka). sakit mengambil kepedulian besar. menyebabkan sakit secara jasmani atau mental menyakitkan. menyebabkan gangguan atau kesukaran dengan penuh rasa sakit.[22]
Menurut A. S. Peake, penderitaan terjemahan baru Indonesia untuk menerjemahkan banyak kata yang artinya sakit, dukacita, malang dan siksaan.[23]
Keempat, Kata  ”Kristen” berasal dari kata benda yaitu nama agama yang disampaikan oleh Kristus. Jadi Kristen adalah agama pengikut Kristus [24] Kata ini mengandung makna yang positif yaitu manusia milik Kristus, orang yang bersatu dengan Kristus bukan hanya mernjadi milik-Nya bahklan memilki hidu dan sifat-Banyak dalam kesatuan organik dengan Dia, dan yang hidup oleh Dia dan serta memperhidupkan Dia dalam kehidupan Dia sehari-hari. Jika kita menderita karena menjadi orang semacam ini kita seharusnya tidak merasa malu melainkan dengan berani memperbesar Kristus dalam pengakuan kita yang unggul untuk memuliakan dan mengekspresikan Allah dalam nama itu.[25]
Penderitaan dalam bahasa Yunani juga menggunakan Phasteus artinya” siksa ” atau sesuatu yang tidak menyenangkan. Selain itu juga dalam bahasa Yunani diartikan menuju kepada untuk”saksi” adalah Martus dan kata” Martir” diturunkan dari kata itu. Jadi penderitaan adalah merupakan tanda dasar kesaksian dan kehidupan kristen (1 Pet. 4:12-19) dan (1 Pet. 1:6-7).
Kelima, gereja; istilah Yunani dari kata ini adalah evkklhsi,a,yang berarti pertemuan (jemaat). Kata ini dipakai umum dalam sidang kota yang dikumpulkan secara resmi. Sidang ini menjadi ciri dari segala kota yang berada di luar Yudea. Dimana Injil dimasyurkan (Kis 19:39). Kata “ekklesia” juga dipakai dalam kalangan Yahudi (LXX) bagi jemaat Israel’,  yang dibentuk di Sinai dan dikumpulkan di hadapan hadirat  Allah pada hari raya-raya tahunan yakni pengantara yang ditunjuk Allah sebagai wakil umat.[26]      
Jadi kesimpulan yang dapat dirangkum dari definisi mengenai istilah penderitaan adalah bukan hanya semata-mata karena dosa, tetapi penderitaan adalah sebagai pemurnian, pendisplinan, dan kesaksian hidup iman Kristen sehingga semakin sempurna imannya kepada Kristus., karena bagi penulis hanya dengan meneladani Kristuslah yang menjadi prestasi utama seorang sudah percaya.

Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan untuk mempermudah skripsi ini, maka disusun secara sistematis supaya mencapai sasaran yang diharapkan sehingga mudah di mengerti dan juga pembaca. Maka untuk memperoleh tujuan tersebut maka penulisan skripsi ini diuraikan atas V (lima) bab yaitu:
Bab I, menguraikan tentang pendahuluan yang mencakup latar belakang permasalahan, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, problem statement, rumusan masalah, proposisi, pentingnya penelitian, ruang lingkup, metode dan prosedur penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.
Bab II, berisikan pandangan tentang berbagai macam pandangan tentang makna dari topik ini.
Bab III, membahas serta menjelaskan eksposisi I Petrus 4:12-19 tentang bagaimana pengajaran rasul Petrus dan yang diharapkan kitab itu yang sesungguhnya berdasarkan Alkitab.
Bab IV, menjelaskan relevansi arti penderitaan, bagi orang percaya masa kini sehingga pemahaman mereka tentang ini bisa mengubah pola pikir mereka dari berbagai tafsiran yang tidak pada tempatnya sehingga memunculkan semangat yang baru untuk mau belajar dan lebih mendekat kepada Tuhan bukan hanya disaat penderitaan tetapi suka disaat mengalami kebahagiaan dan senang.
Bab V, kesimpulan dan saran penulis dari keseluruhan pokok pikiran yang telah dibahas dengan tepat sesuai dengan Alkitab baik dalam sikap orang Kristen khususnya dalam menghadapi penderitaan, serta dalam kehidupan berjemaat dan terlebih khusus bagi para hamba Tuhan saat ini.
















[1]Oscar Wilde, Janji-Janji Alkitab: Dorongan Semangat Dalam Kehidupan Sehari-hari Dan Firman Yang Hidup, peny., Yacob Riskihadi. (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2001), 353.
[2]W. Suparto, Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: T. P. t.t ), 102.

[3]Herlianto, Teologi Sukses: Antara dan Mamon, peny.,  Tri Atmo Yuwono dan Rika Uli Napitupulu, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 1-2.
[4]Geoge Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru, peny., Soemitro dan Onggosandojo dan Ridwan Sutedja, (Bandung :Yayasan Kalam Hidup, 2002), 415-16.
[5]Meril C. Tenney, Suvey Perjanjian Baru, pen., Wiliam. B. Eerdams Publising (Malang: Gandum Mas, 2000), 430.
[6]Tenney, Suvey Perjanjian Baru, 431.

[7]J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab, peny.,  Published by Marshall Morgan dan Scott Ltd. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1988), 5: bag. 3. Hidup Sebagai Musafir, pen., Sastro Soedirdjo, 224.
[8]Ladd, Teologi, 405
[9]Kierke Gaard, Menggali Kebenaran (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 157.

[10]Linwood Urban, Sejarah Pemikiran Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 460.
[11]Sostenis Nggebu, Napak Tilas Jejak-jejak Yesus, Peny., Yosep Kurnia dan Ridwan Sutedja. (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), 64.

[12]Nggebu, Napak, 461.

[13]Aya Susanti, Study Kritis Alkitabiah (Bandung: Yayasan  Kalam Hidup, 2008), 18.

[14]J.  J. Milno, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007 ), 341.

                     [15]Ibid.
[16]Bruce Milne, Menggali Kebenaran, peny., David L.Baker, Martin B. Dainton, dan Lisda
T. Gamadhi. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 328.

[17]Georffrey  W.Bromilley (Willams  B. Eerdams Publishing Company), 283.
[18]Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Pusat Pembinaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2005), 291.

[19]Tony Smith, Concise Oxford Dictionary (London: Oxford University Press, 1999), 64946.

[20]W. J. S, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 624.
[21]Rudy Haryono, Kamus Lengkap Inggris- Indonesia (Jombang: Pusat Peningkatan Pendidikan Masyarakat Umum, 1992), 195.

[22]LingvSoft Dictionary 2006 English-Indonesia for Windows.

[23]A. S. Pake. Penderitaan dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jakarta: YKBK, 2007), 244.

[24]Henk Ten Napel, Kamus Teologi Inggris-Indonesia (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1994), 149.
[25]Witness Lee, The Recovery of New Testament (Jakarta : YPII, 2008), 1177.

[26]Tim YKBK,  Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, pen., Penerbit (Jakarta: Yayasan Komonikasi Bina Kasih, 2000), 332.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar