Sabtu, 15 Oktober 2011

evaluasikristen

Pentingnya Peran seorang Pemimpin gereja

Semakin Cerdas
Adalah kenyataan bahwa dunia yang kita diami ini, semakin tidak nyaman untuk ditinggali. Membutuhkan perjuangan yg sangat berat bagi kita untuk tetap setia, hidup benar dan meraih kesempurnaan yang Tuhan Inginkan ditengah suasana dunia yang tidak kondusif, untuk itu orang Kristen pun tidak luput dari pengaruh dunia yg semakin rusak ini. Kekristenan yg murni semakin langka, ditengah kepalsuaan yg disajikan dalam kemasan berlabel"Kristen" Materialisme, Humanisme, Hedonisme, Filsfat baru yg semakin merasuki kehidupan rohani Kristen dan ajaran-ajaran agama-agama lain masuk kedalam lingkungan Kristen dan dinyatakan sebagai kebenaran. Ironisnya pun tanpa syah jemaat mengaminkanya.

Agar tidak tertipu oleh kepalsuaan tersebut, orang Kristen harus mengembangkan kecerdasan rohnya. Itu membutuhkan pemahaman yang mendalam akan Firman-Nya seperti sabda Tuhan Yesus,"orang yang lapar dan haus akan kebenaran Firman yg murni sehinnga lebih memahami kehendak Tuhan, sehingga semakin dewasa tak tergoyahkan oleh isu dan angin penyesatan.

Fakta yang kelihatan dan sangat memprihatinkan bagaimana:

1. Di daerah Nias bagian tengah bahkan seluruh pulau Nias iman Kristen sejati semakin tidak ditemukan lagi baik antara pemimpin antara anggota jemaat yg semakin membenarkan diri, apalagi dengan munculnya arus bawah yang menyusup ke aliran sekte agama Kristen.. pentingnya peran pendeta dipulau nias sangat diperlukan guna mendalami pemahaman kehidupan beragama bagi setiap jemaat setempat..baru-baru ini banyak orang Kristen beralih kepercayaan dan keyakinan menyeberang kekeyakinan lain/Non Kristen seolah mereka tidak lagi percaya dan merasa tidak terpuaskan dengan kehidupan agama Kristen yg semakin hari semakin sulit menemukan sosok pribadi yang seperti karakter Kristus.. Menyedihkan bukan?..yg mayoritas penduduk Nias Kristen lamban laun.. akan meninggalkan iman percaya mereka kepada Tuhan. Entah apa yg menjadi sebab tetapi, disinilah pentingya seorang Hamba Tuhan menjawab kebuntuan itu membawa mereka kejalan yg Lurus kepada Kepercayaan yg benar(*Kristus Yesus)karena kepercayaan bukan dilihat dari faktor keturunan tetapi basiknya adalah kepercayaan meyakini Tuhan sebagai juruselamat di dalam hati dengan kekal,,meski dalam kondisi apapun penderitaan, kemiskinan, kekayaan dan lain sebagainya.

2. Berkat tersendiri bagi pulau Nias bila dilihat dari perkembangan waktu kewaktu seharusnya Nias yang hampir 90% Kristen tidak mengalami stagnasi iman tetapi fakta dilapangan masih banyak yang hanya identitas Kristen "terlihat ketika datang ke gereja" diluar itu masih menganut kepercayaan Animisme,,nah sepanjang kepercayaan ini masih menggerogoti kehidupan seseorang sepanjang itu pula reformasi hidup baru dalam kehidupannya masih diperbudak oleh rupa-rupa dunia. Oleh sebab itu siapalagi yang paling diharapkan selain peran dari para hamba-hamba Tuhan yang ada. Bila dilihat dari survei dari Sekolah-sekolah Alkitab di Indonesia, Niaslah yang paling banyak pemuda-pemudinya belajar dan mendapat sebagian sponsor dari luar untuk belajar Di STT tetapi dampak pelayanan belum terlihat sama sekali dalam menjangkau jiwa-jiwa di Nias khususnya, semua berlomba ketika selesai ingin menjadi abdi negara, jadi antusiasme untuk memenangkan jiwa sama sekali memprihatinkan, dan kita bersyukur kalau di daerah lain masih banyak gerakan-gerakan penginjilan baik dalam bentuk KKR, dan sebagainya yang sering dilakukan oleh para hamba Tuhan termasuk di pulau Nias.

3. Bukan mengkritik dan menggurui Harapan utama terletak kepada pelayan Tuhan, salah satu Sinode terbesar dipulau Nias yang telah mengutus dan menciptakan ratusan pelayan di daerah mari fungsikan peranan sebagai pelayan, konselor, menjawab kebutuhan jemaat dalam pemahamaan iman yang sejati di dalam Kristus, sehingga menjadi Pendeta bukan hanya dipandang sebagai profesi semata tetapi benar-benar fungsi karunia gembala itu di aplikasikan bagi seluruh jemaat, bukan dilayani tetapi melayani. Sebab itu,pedagogik utama atau prioritas adalah Jemaat dan kepada jemaat tanpa membeda-bedakan kepada jemaat siapa kita melayani sehingga Kualitas keimanan semakin kuat dan sebaliknya juga secara kuantitas.

Shalom
Ya'ahowu.

DesaHilikara

Profil desa

Desa Hilikara merupakan desa yang baru mekar pada tahun 2010 yang lalu dari desa induk Talio yang bersebelahan dengan desa Sisarihili oyo dan desa Lolomoyo, Desa Talio dulu terdiri dari 3 Lorong termasuk desa Hilikara sekarang, mengingat desa ini tergolong penduduknya terpadat ketiga di Kecamatan lolowau, guna mempermudah dan memperlancar urusan administrasi kependudukan yang selama ini kurang memadai maka beberapa tokoh adat dan kecamatan mengajukan permohonan dari PEMDA setempat untuk keperluaan pemekaran desa ini, sehingga lahirlah
Desa Hilikara sebagai desa mandiri terpisah dari desa induknya. Sekarang Kepala Desanya secara Defenitif antar waktu dipimpin oleh A.Taufik Giawa, dan periode 2011-2016 hingga sekarang adalah Faozanolo Halawa (A.Defi)..meski desa ini tergolong baru di Kecamatan LOLOWA'u,,sekarang daerah ini sudah terlihat kemajuan dimana yang dulu hanya bisa dilalui dengan hanya berjalan kaki sekitar kurang lebih 500 Meter dari jalan Raya
(jalan Lintas Tengah Kabupaten NISEL ) sekarang akses untuk masuk desa ini sudah bisa dilewati dengan kendaraan roda Dua&roda Empat dan juga Listrik negara yang menjadi kebutuhan penerang sudah terlihat dengan baik..ini semua terjadi oleh karena keinginan/hasrat masyarakatnya yang sangat perhatian atas kemajuan desanya yang selama ini dinilai kurang perhatian dari PEMDA setempat dan hingga saat ini pun, Kantor KADESnya sedang dalam tahap pengerjaan finishing, ini menjadi salah satu batu loncatan dari setiap daerah-daerah yg masih belum dilewati oleh kendaraan bahwa, kerjasama itu penting sekali dalam menggawangi kehidupan kemajuan dalam hidup bermasyarakat (MARSIPATURE HUTANABE). Salam Yaahowu
Sepintas tentang desa Hilikara

Rabu, 14 September 2011

Manajemen Gereja yang Produktif







BAB I

PENDAHULUAN

Penderitaan adalah merupakan bagian  terpenting dari doktrin kristologi selalu menjadi isu perdebatan sepanjang zaman, karena penderitaan merupakan fakta yang sangat dekat dengan kehidupan manusia dan menyentuh semua orang tanpa batasan sehingga menarik untuk dibahas dan dipelajari, sebab pada dasarnya manusia cenderung hanya melihat suatu pengharapan yang dijanjikan Tuhan tanpa mau mengalami suatu penderitaan.
 Memang diakui bahwa penderitaan tak pernah lepas dari kehidupan setiap orang seperti pernyataan Oscar Wilde berkata, ”Saya dapat melawan apa saja, kecuali pencobaan”[1] jadi pencobaan adalah masalah yang serius tetapi bukalah satu-satunya akhir berhentinya hidup ini, karena itu terjadi pasti ada tujuannya dan dampaknya bagi hidup orang yang percaya.

Prakata dan Kesimpulan


Segala puji syukur dan  hormat patut dinaikkan hanya layak kepada Tuhan Yesus karena segala kuasa, pertolongan dan kebaikan-Nya yang dicurahkan kepada semua insan yang percaya kepada-Nya dan yang selalu senantiasa berharap sepenuhnya kepada-Nya. Amin….
Yang paling terutama dan luar biasa di atas segala semuanya, penulis mengucapkan segala puji syukur kepada Tuhan Yesus atas semua kasih karunia-Nya, yang telah menolong, membimbing dan menyertai penulis dari awal studi sampai skripsi ini, dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Sungguh kebaikan itu dirasakan Penulis ditengah-tengah berbagai kesulitan dan kekurangan disana –sini tetapi penyertaan Tuhan selalu nyata.
Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Pdt. Drs. Welly pandensolang P.hD, sebagai pendiri dan Ketua Sekolah Tinggi Theologia Agapes Jakarta sekaligus sebagai Dosen Pembimbing pertama saya, yang telah mengarahkan dan memberi berbagai masukan kepada penulis selama dalam proses pembimbingan skripsi ini hingga selesai dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya biarlah Tuhan memberkati beliau dalam keluarga, pelayanan semoga menjadi hamba Tuhan yang selalu mengadi dan dipakai Tuhan luar biasa….amin.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Staf dan semua para Dosen Sekolah Tinggi Teologia Agapes Jakarta yang telah merelakan waktunya untuk mengabdi dalam proses belajar mengajar  baik bagi penulis selama dalam proses pembentukan di lembaga STT Agapes Jakarta Tuhan memberkati semuanya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada hamba-Nya, Evangelist Adolvina Metungku, S.Th sebagai dosen pembimbing dua yang selalu setia dan memberikan waktu, tenaga serta pikiran dalam memberbaiki format kepenulisan skripsi ini dengan baik hingga selesainya, semoga Tuhan kita Yesus Kristus melimpahkan berkat-Nya senantiasa. Dan demikian juga kepada Pdp. Johan Irawan, M.Th, yang telah membantu dan mendukung penulis juga selama masa perkuliahan Tuhan Memberkati kebaikannya.
Demikian juga secara khusus penulis mengucapkan terima kasih banyak.
Pertama, kepada keluarga besarku  tercinta yang ada di pulau Nias (Sumatera Utara), ayahanda dan ibu tercinta (Bpk/i Marthlina Halawa),terima kasih pa/ma umur panjang diberikan Tuhan bagi kalian, kasihmu sungguh tak bisa terselami olehku, dan juga kepada saudara-saudariku (kakak yang tercinta Martlina, Rintistani, Onslia, Niat Juwita, dan adek Edarwan halawa ) yang masih duduk dalam bangku sekolah yang telah mendukung baik dalam dana dan Doa Tuhan Yesus memberkati maju terus dalam studi jangan pantang menyerah kakak selalu mengasihi kalian semua  amin..
Kedua, kepada keluarga besar  Pdt. F. Zebua dan juga Keluarga besar Pdt. Jhoni Christian Damanik dan Ibu. Pdt. Imani Halawa yang telah memberikan informasi dan mendukung penulis serta merekomendasikan penulis belajar di STT Agapes Jakarta. Tuhan memberkati kebaikannya selama ini….
Ketiga, kepada Keluarga besar bapak uda A/i Teo halawa, A/i Steven Halawa, A/i Fudingman Halawa, A/i Yurisman Halawa, serta abang ama Otolisman, Ama Estera yang telah mendukung penulis dalam Doa terimakasih atas dukungannya maju terus dalam mengembangkan usahanya Tuhan memberkati.
Keempat, kepada Keluarga besar Ibu Young di Jakarta, yang dipakai Tuhan menjadi saluran  berkat dalam memberikan wadah pekerjaan selama proses perkuliahan hingga selesai, meskipun ada berbagai kekurangan dan kelemahan mohon maaf yang sebesar-besarnya kiranya Tuhan Yesus selalu melimpahkan berkatnya bagi keluarga, karir dan pelayanan ibu.
Kelima, kepada keluarga Ibu Elisabet dan Ibu Allan yang aktif dalam melayani Tuhan terima kasih banyak atas dukungan dan doa-doanya Tuhan memberkati juga dalam keluarga, karir dan terlebih-lebih dalam mengemban tugas dan pelayanannya. 
Keenam, kepada Keluarga besar Persektuan Doa P.T. Surveyor Indonesia (Bpk. Yogi serta seluruh pengurus PD) yang telah bersedia mendukung dalam doa, dana, serta kerjasamanya dalam memberikan kesempatan melayani  selama dalam proses penyusunan Skripsi hingga Wisuda …Tuhan memberkati semoga persekutuan Doa PTSI menjadi berkat bagi seluruh karyawan yang ada.
Ketujuh, kepada seluruh Majelis dan jemaat POUK CitraGran Cibubur Jakarta yang telah bersedia memberikan tempat pelayanan kepada penulis selama dalam masa PPL (Pekerjaan dan Praktek Lapangan) terima kasih buat kerjasamanya biarlah POUK CitraGran semakin dipakai Tuhan menjadi sebuah wadah yang tepat untuk memberkati seluruh masyarakat yang ada di lingkungan POUK CitraGran dan sekitarnya.
Kedelapan, buat semua teman-teman mahasiswa seangkatan di Sekolah Tinggi Teologia Agapes Jakarta(Herianto Zagoto, Benidi Biredoko, Delimawati Laia, Yatasondra Laia, Yalisnia T. Hondo) dan seterusnya tak dapat disebut namanya satu persatu  lagi, yang selalu setia mengabdi sebagai hamba Tuhan dan tetap meneguhkan panggilannya hanya buat Tuhan,,terima kasih buat masukan dan dukungannya juga selama ini sebagai teman yang selalu berhati hamba. Ada banyak kenangan manis dan pahit yang kita lalui dalam masa perkuliahan jadikanlah itu sebagai momen yang tak terlupakan dan istimewa dikala anda semua sukses. Semoga teman-teman semua menjadi hamba Tuhan yang mengabdikan hidup selamanya Buat Tuhan .. haleluya…
Kesembilan, buat kakak tingkat kami Yusni Telambanua, S.Th, Seprianus F. Ndun, S.Th, Yusuf  Panjaitan, S.Th, Destra Ginting S.Th dan bapak Oky Otto-otto yang telah membantu memberikan berbagai masukan, dan buku-buku demi terselesainya skripsi ini, Tuhan memberkati semua jerih payah yang diberikannya selama ini.
Kesembilan, buat adik-adik semester baik yang di asrama maupun yang ada di luar asrama (Kost), juga tidak bisa disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih buat dukungan dan doa-doa yang telah disampaikan selama ini, kerinduan penulis semoga kalian semua bisa berhasil sukses semua tanpa ada kendala. Tuhan memberkati kalian semuanya..?!
Terkahir, Doa dan harapan penulis, tulisan ini dapat menjadi berkat dan memberi manfaat yang berdayaguna untuk menyingkapkan kebenaran-kebenaran yang hakiki terhadap berbagai konsep dan interpretasi yang salah tentang makna dasar ajaran tentang Teologi Penderitaan  dan relevansinya bagi umat Tuhan masa kini. Sehingga pada akhirnya orang percaya boleh menerima setiap tantangan dan problem apapun dalam aspek hidup ini dengan berlandsakan atas pesan-pesan Alkitab sehingga orang percaya bertumbuh dan berbuah dalam kebenaran-Nya. Glory..glory haleluya bagi Tuhan kita..amin..?!.




BAB V
KESIMPULAN
Penderitaan adalah merupakan bagian integral yang selalu menyertai kehidupan setiap orang tanpa melihat status seseorang dalam kadar tertentu ia selalu ada dalam kehidupan manusia, meskipun ada sejumlah kelompok orang-orang tertentu tidak menerima fakta ini sebagai fakta hidup yang selalu menyertai kehidupan manusia, penderitaan terjadi disebabkan oleh faktor-faktor tertentu tetapi harus disadari bahwa itu semua terjadi bukan di luar pengetahuan Allah semua terjadi sepenuhnya dalam sepengetahuan Tuhan.
Maka itulah sebabnya Firman Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa umat Tuhan bebas dari semua masalah baik kecil maupun besar dalam kebutuah jasmani dan rohani mengapa ini terjadi, sebenarnya inilah rahasia misteri Tuhan bagi umatnya, yang tidak mudah dijawab secara gamplang oleh umatnya tanpa melihat dan memahami arti pengorbanan Kristus dalam penderitaan-Nya. 
Di sini Tuhan mau membawa umatnya ke dalam suatu kedewasaan rohani, bahwa penderitaan merupakan bagian dari penderitaan-Nya, oleh sebab itu Allah ingin umatnya juga turut merasakan apa yang telah dialaminya. Sedemikian Tuhan sanggup untuk mengahadapinya dan berakhir dengan suatu kemuliaan. Maka dengan itu inilah inti terpenting dari Injil Kristus itu segenap suku dan bangsa bisa mengenal bahwa Tuhan Yesus menderita oleh karena mau berkorban, melepaskan status-Nya demi kemuliaan nama Tuhan dan untuk kepentingan umatnya  di hadapan Allah.
Maka itulah sebabnya tidak ada alasan lain untuk menghindar diri dari semuanya itu selain dari bertekun, giat dan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan sebagai satu-satunya pengharapan yang sejati. Yang menjadi pertanyaan sekarang ialah sadarkah orang percaya bahwa menderita oleh karena iman percaya kepada Tuhan akan berdampak abadi bagi kehidupannya kelak?. Kalau ini dipahami dan dimengerti dengan benar sesuatu apapun yang terjadi pasti diterima dengan sepenuh hati tanpa mempertanyakan legalitas dan sebab terjadinya suatu penderitaan.
Pengalaman bersama Tuhan dalam setiap yang dirasakan oleh umatnya bukan tidak mungkin Allah tidak berperan di dalamnya, tetapi Tuhan ingin dan mau melihat sampai sejauh  mana ketergantungannya umat kepada Tuhan, kalau tidak ada cobaan, ujian maka standar kehidupan kedewasaan umat Tuhan tidak akan terlihat.
Jadi melalui proses yang dialami maka umatnya semakin all out tenggelam akan pengenalan kepada sang Pribadi Kristus yang ajaib itu. Kitab Yakobus membawa umatnya dalam satu pemahaman sebagi perbandingan bagi umatnya bahwa pencobaan-pencobaan yang dialami tidak melampauhi batas kemampuan umatnya, sebab itu umatnya harus memenuhi bagiannya selagi waktu masih siang menyenangkan Tuhan dalam aspek hidup ini.
Dalam Kitab Petrus bahkan seluruh kitab ini telah mengupasnya bahkan menjadi tema besar yang dibicarakan terjadi sepanjang sejarah kekristenan ”Gereja Yang Menderita” Siapakah gereja dalam hal ini?, tentunya adalah umat Tuhan sebagai orang yang mengabdi kepada-Nya. Dalam kaitanya dengan Tema ini setiap orang percaya dapat memahami dan menyimpulkan bahwa Penderitaan adalah merupakan cobaan yang sifatnya ujian sebagai bagian hidup yang merupakan suatu proses, pemurnian sebagi batu uji otensitas orang percaya, kedua penderitaan oleh karena menyatakan iman yang sesuguhnya itu adalah menjadi kebahagian, mendatangkan sukacita kelak dimasa yang akan datang.
Beberapa tokoh yang sukses dalam Alkitab secara jasmani memiliki kemampanan, bahkan hubungan rohani secara pribadi dengan Tuhan tidak diragukan, tetapi penderitaan dan kesulitan juga mereka hadapi sebagai bentuk kepedulian Tuhan atas umat-Nya. Perlu disadari bahwa itu semua terjadi bahwa Tuhan mau memperlihatkan kemulian-Nya kepada dunia lewat apa yang terjadi dan dirasakan oleh umat-Nya, Tuhan semakin dikenali oleh karena perbuatan karakter yang diperlihatkan secara langsung oleh anak-anak Tuhan di tengah-tengah kondisi dunia yang tidak percaya ini.
Dalam masa persebaran umat Tuhan secara rohani mengalami kemunduran, secara fisik merasakan berbagai tekanan dan berbagai tuduhan-tuduhan palsu lainya sebagai bentuk kekejian dari kaisar Nero. Tetapi ada satu hal yang perlu diingat bahwa seorang hamba Tuhan mau untuk berkorban dan rela mati demi mempertahankan iman kepada Kristus inilah upah yang terbesar dialami oleh Petrus dalam imannya.
Jadi Penderitaan yang dimaksud dalam 1 Petrus 4:12-19 adalah merupakan suatu proses pemurnian iman terdap orang percaya, karena itu Tuhan mengharapkan sukacita, berbuat baik dan berlaku setia, serta penyerahan yang sungguh-sungguh setiap saat dilakukan oleh umat Tuhan sebagai bentuk rasa hormat atas kepedulian-Nya terhadap umatnya.
Meskipun banyak konsep penafsiran tertentu yang tidak menerima fakta ini termasuk teologi sukses, teologi kemakmuran, kesalahan pengertian bagi teologi salib, tetapi harus ditolak karena Alkitab belum menjanjikan tidak adanya penderitaadan tidak satupun data Alkitab mendukung konsep tersebut , pikul salib ayat itu jelas membuka pengertian orang percaya semua tahan untuk menerima semua keadan itu sedemikian rupa.

Saran-saran
Bagi Orang Percaya (Gereja)
Di akhir skripsi ini, penulis menyararakan kepada semua orang percaya agar tetap hidup di dalam imannya yang sesungguhnya dan tetap memuliakan Tuhan, sebab Tuhan berkata dalam firman-Nya sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitakn Dia dari orang mati, maka kau akan diselamtkan (Rm. 10:9). Sebab itu orang percaya tak perlu kuatir dalam misi Tuhan apapun yang terjadi penderitaan sekalipun, firman Tuhan tetap ya dan amin bagi semua umatnya jadikanlah penderitaan apabila terjadi sebagai tingkatan iman kepada Kristus.

Misiologi
            Penulis juga menyarankan kepada siapa saja yang berkecimpung dalam bidang misiologi yang melakukan pelayanan di tempat-temapt yang belum terjangkau Injil, jadikanlah firman Tuhan ini sebagai bekal secara rohani dan senjata dalam menjangkau mereka yang belum mengenal Injil, kesukaran, kesulitan bahkan ancaman bukan tidak mungkin terjadi tetapi tetap teguh dan sabar, tekun dan berbuat baik, menjadi teladan sesuai dengan firman Tuhan sehingga visi misi Tuhan tercapai sesuai dengan yang dikumandangkan oleh Alkitab sendiri sebagai dasar kebenaran yang paling hakiki.

Tujuan Eskatologi
Penderitaan dengan jelas firman Tuhan memberikan pengertian kepada umatnya bahwa penderitaan akan memiliki dampak keabadian secara jelas bila kedatangan Tuhan dan diakhir zaman ini. Penderitaan yang dialami oleh umat Tuhan tidak sebanding dengan kemuliaan yang diterima dimasa yang akan datang.

Kepustakaaan

Argumentasi Teologis Menderita sebagai Orang Kristen (IV)


BAB IV
RELEVANSI PENDERITAAN BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI
Dalam bab terdahulu dijelaskan ajaran Alkitab tentang penderitaan secara teologis, meyakini bahwa penderitaan yang dialami oleh orang-orang Kristen menjadi alasan untuk dapat bersukacita, alasan untuk dapat bergembira, selalu berbuat baik, karena hal menderita sebagai Kristen merupakan bagain integral hidup orang percaya yang dilalui sebagai bagian dari penderitaan Kristus. Karena Firman Tuhan berkata ”jika mau mengikut Aku, sangkallah dirimu, pikullah salibmu, dan ikutlah Aku, jadi pikul salib dan sangkal diri justru menjadi bagian dari unsur pokok mengikut Kristus.
Inilah nilai utama dari surat ini, bahwa Tuhan menunjukkan kepada orang Kristen bagaimana harus mempertahankan penebusan mereka di tengah-tengah dunia yang memusuhi mereka. Keselamatan mungkin akan melibatkan penderitaan, tetapi ia juga membawa pengaharapan , ketika kasih karunia Allah dinyatakan dalam diri masing-masing orang.[1] Oleh sebab itu pada pembahasan berikut ini penulis akan membahas seperti apa implikasi dari penderitaan itu terhadap orang percaya masa kini.
Apakah  Orang Kristen Harus Menderita
Pernyataan di atassering kali banyak orang-orang mengatakan bahwa semenjak mengikut Kristus, kesukaran-kesukaran mereka lenyap sejak berada dalam Kristus. Tetapi kalau melihat keadaan hamba-hamba pilihan Allah di dalam Alkitab bahwa kesukaran dan berbagai kesulitan lain rupanya selalu mengikuti mereka kemanapun mereka pergi.
Tidak perlu mencari-cari penderitaan cepat atau lambat penderitaan itu akan datang dan tidak perlu terkejut dan kecewa, bagi banyak orang sebagian mengharapkan tidak menerima itu, tetapi cobaan bagi orang yang sudah ada dalam Kristus merupakan suatu kebahagiaan karena hasilnya pasti mendatangkan kebaikan (Yakobus 1:2-4).
Maka penderitaan tidak  mengherankan, karena penderitaan adalah unsur pokok untuk mengikut Yesus. Inilah sebabnya mengapa ada beberapa prinsip kemuridan yang diulangi di dalam injil sama seringnya dengan prinsip bahwa kehidupan datang melalui kematian, bahwa orang yang ada di dalam Kristus mendapat nyawa hanya kalau bersedia kehilangan nyawanya.
Hal ini juga Ajith Fernando mendukung prinsip di atas menyatakan bahwa kalau ingin mengalami kehidupan yang sempurna yang Kristus janjikan bagi setiap orang percaya terlebih dahulu salib atau penderitaan itu harus dialami, sehingga dengan demikian disitulah tercermin sikap rendah hati dan kemurahan, yang menyadari kehidupan akan pengorbanan Kristus karena inilah salah satu kriteria dalam memperjuangkan nilai-nilai Kristiani secara ril dalam kehidupan di dunia ini.[2]
Pada titik seperti inilah seluruh kehidupan yang di alami manusia., penderitaan bukan lagi merupakan sesuatu yang dialami tanpa makna, sebagai kegagalan ataupun hukuman, dan tidak juga dipandang sebagai nasib; penderitaan manusia dengan demikian merupakan suatu dasar bagi komunikasi personal manusia kepada Allah justru karena Kristus telah terlebih dahulu menderita.
Penderitaan sebagai Sebagai Anugerah Allah
Memahami pandangan Petrus dalam menguatkan orang percaya yang menderita bagi Kristus dalam konteks 1 Petrus 4:12-19, maka aplikasi penderitaan itu bagi anak-anak Tuhan dapat disebut juga sebagai anugerah Allah bagi setiap orang percaya, di mana di dalamnya setiap orang percaya bertumbuh kearah yang lebih erat kepada Tuhan dalam arti menciptakan hubungan persekutuan dengan Kristus.
Persekutuan dalam penderitaan-Nya adalah suatu pemberian dari Allah, hal ini boleh dilihat dari pernyataan Tuhan dalam (4:13 bnd. Flp. 1:29;3:10), maka inilah yang diharapkan Petrus dalam pengalaman ini, sebagai bagian dari hidup orang yang percaya sehingga dengan demikian persekutuan itu akan menghasilkan suatu sukacita sebagai dasar untuk bertahan bila Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya.
Kemuliaan Di masa Yang Akan Datang
“Penderitaan dan kemuliaan” kedua-duanya merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan yang merupakan kebenaran yang saling menjalin sekali dalam surat Petrus. Dunia mempunyai keyakinan bahwa kalau tidak ada penderitaan berarti ada kemuliaan, tetapi pandangan orang Kristen berbeda. Pencobaan iman sekarang ini adalah merupakan jaminan untuk memperoleh kemuliaan apabila Yesus datang kembali (1 Ptr. 1:7-8), ini merupakan pengalaman yang sudah dilalui Tuhan dan akan menjadi suatu pengalaman juga bagi orang percaya sebagai bukti kesungguhan iman.[3]
Dalam hal ini Warren juga menambahkan dalam bukunya mengatakan bahwa yang perlu dipahami oleh orang Kristen disini bahwa Allah bukan menggantikan penderitaan dengan kemuliaan tetapi ia ingin mengubah penderitaan menjadi kemuliaan. Jadi apa yang telah dikatakan Warren di atas telah sangat mendukung sekali bahwa penderitaan itu bisa diterima oleh orang Kristen secara umum dalam berbagai aspek kehidupan di dunia ini.[4]
Keterlibatan dalam Pelayanan Roh Kudus
Roh Kudus adalah Roh kemuliaan dan Ia mempunyai suatu pelayanan khusus kepada mereka yang menderita bagi kemuliaan Yesus Kristus. Dalam ayat 14 diberikan suatu pemahaman baru bagi setiap orang Kristen ” Sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu,” ayat ini berkenaan dengan kemuliaan Tuhan yang akan memenuhi umatnya, dimana salah satu contohnya ketika orang-orang melempari Stefanus dengan batu, ia menatap ke langit, lalu melihat Yesus di Surga dan ia mengalami kemuliaan Allah (Kis. 6:15; 7: 54-60). Inilah sukacita yang mulia yang tidak terkatakan yang ditulis oleh Petrus dalam 1 Petrus 1: 7 – 8.[5]
Dengan perkataan lain, orang-orang Kristen yang menderita tidak usah menantikan Surga untuk mengalami kemuliaan-Nya. Melalui Roh Kudus, orang percaya  dapat mengalami kemuliaan itu sekarang juga. Dalam hal ini juga diharapkan bagaimana orang percaya yang mengalami berbagai penindasan dan penderitaan lainnya dapat menaikkan pujian kepada Allah sementara berada di tengah-tengah ”api pencobaan”  dan tidak mengeluh serta tidak mengadakan suatu perlawanan  terhadap orang yang memperlakukan mereka tidak adil karena orang percaya meneladani sikap Kristus dalam hidupnya.
Maka itu sebabnya umat Tuhan jangan hanya melihat pimpinan Allah hanya selalu positif, maka kita tidak dapat memahami pimpinan-Nya dan kehendak-Nya. Belajarlah mengetahui pimpinan Roh Kudus meskipun itu seolah-olah selalu kelihatan negatif tetapi ia selalu memperhatikan dan menuntun umat-Nya.
Penderitaan Sebagai Kesaksian
Penderitaan yang disebabkan oleh penganiayaan karena agama bukanlah pengalaman asing bagi gereja.  Sejak berabad-abad bahkan pada sepanjang zaman, banyak orang kristen telah menderita hanya karena mereka adalah orang Kristen. Penganiayaan terhadap orang Kristen berkaitan dengan kesalahpahaman tentang kekristenan. Meskipun telah berjuang untuk menghindari itu semua pada masa lampau dengan positif, tetapi harus disadari bahwa penderitaaan adalah bagian dari eksistensi gereja dan penderitaan bukanlah pengalaman asing dalam kehidupan gereja (1 Ptr. 4:12).
Sebagaimana halnya dengan apa yang dialami oleh Tuhan Yesus Kristus dalam masa-masa pelayanan-Nya berbagai kesukaran-kesukaran dialami-Nya, demikian juga gereja terpanggil untuk mengikuti teladan sebagai kepala dan Tuhannya, khususnya dalam penderitaan dan penolakan, hal ini dapat dibandingkan (Luk. 14:25-33 ; Yoh. 12: 23-25; Rm. 8:17 dst.). Bruce Milne memberikan pernyataan atas hal ini mengatakan bahwa salib atau penderitaan itu menentukan kehidupan dan misi pengikut-Nya. Dimana Gereja itu merupakan persekutuan di bawah salib (Mrk. 8:3-38; Kis. 14:22; 2 Tim. 3:12).
Dalam pada itu Bruce Milne menegaskan juga bahwa dalam Perjanjian Baru, penderitaan merupakan tanda dasar kesaksian dan kehidupan Kristen karena kata saksi itu sendiri padanannya dengan bahasa Yunani adalah martir. Jadi dalam menggenapkan rencana-Nya untuk membentuk gereja menurut citra Tuhan dan memperluas kesaksiannya agar semakin lengkap di dunia, Allah memakai penderitaan baik secara berkelompok maupun secara perorangan (Ayb. 23:10; Mzm. 119:67,71; Yoh. 15:3; Ibr 12: 4-13; 1 Ptr. 1:6-7). [6]
Apa yang telah dikemukakan oleh Milne di atas jelas dan secara pribadi sangat menyetujui hal ini bahwa penderitaan itu adalah merupakan bentuk kesaksian orang percaya dalam mengikuti teladan Tuhan-Nya. Inilah yang menjadi salah satu tujuan Tuhan bagi umatnya supaya menjadi berkat terhadap yang lainnya karena natur Kristus dikenal dari pribadi orang percaya setiap hari sebagai saksi yang setia dan efektif di tengah-tengah dunia ini.
Maka dengan itu, memahami bahwa penderitaan adalah bagian dari kesaksian orang Kristen maka dapat dikatakan bahwa gereja adalah persekutuan yang bersaksi. Orang Kristen perlu menegaskan komitmennya dalam dunia ini dan memeriksa sikapnya sebagai saksi bagi Kristus, karena sikap adalah kenyataan yang sangat kelihatan sekali sebagai sebagai atribut kekristenan itu sendiri dalam konteks dimana ia berada.
Pengalaman penderitaan dapat membuat kehidupan gereja menjadi kesaksiaan yang efektif kepada dunia dan bukan saja hanya dalam aktifitasnya gereja dapat menjadi sebuah kesaksian  tetapi dengan setia kepada identitasnya yang sejati di tengah situasi yang bermusuhan itulah gereja dapat berbicara kepada dunia. Dengan kata lain biarlah gereja tetap gereja ketika ia memberi respons kepada situasi apapun yang ia temukan. Ada tiga aspek kehidupan gereja yang menjadi kesaksian sehubungan dengan penderitaan adalah ibadah, melakukan yang baik, dan pemuridan.


Dasar Komunikasi Personal
Setelah Petrus memaparkan bahwa dampak penderitaan yang dialami oleh anak-anak Tuhan mendatangkan kemuliaan dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu dihubungkan dengan perkataan rasul Paulus dalam kitab Roma 5:1-2 jelas sekali ada kaitannya dengan kitab 1 Petrus 4:13 bahwa ketika manusia dibenarkan melalui iman, anak-anak Tuhan tetap harus menderita aniaya oleh karena nama-Nya (Mat. 16:24). Pada pasal 5 :3, Paulus mengatakan,” Dan bukan hanya itu saja.[7] Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu akan menimbulkan ketekunan. ” Di ayat ini, kata ”Dan bukanlah hanya itu saja” itu menunjukkan bahwa selain menerima damai sejahtera dari Allah dilain hal kita juga menerima penderitaan dan kesengsaraan sebagai dasar pembenaran iman. Ini adalah fakta yang disampaikan oleh rasul Paulus ketika ia berusaha mengibur jemaat Kristen yang sedang dalam penganiayaan hebat dari kekaisaran Romawi.
Maka dari itu disinilah kita boleh melihat bahwa rasul Petrus dan juga rasul Paulus bukan meniadakan realita penderitaan tetapi memaparkan realita itu dari persepktif kedaulatan Allah. Apa yang telah disampaikan oleh kedua tokoh di atas sama seperti apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus dalam khotbah dibukit.
Penderitaan menimbulkan ketekunan, inilah prinsip utama dalam mengatasi penderitaan  kata ”ketekunan” dalam bahasa Yunani Hupomone berarti cheerful (or hopeful), endurance, patience, constancy (waiting), artinya kesabaran/ketahanan yang gembira/berharap; keteguhan/kesetiaan,/kepatuhan: tahan sabar, (proses menunggu) dalam kitab Yakobus juga disana dijelaskan penderitaan sebagai ujian iman orang percaya.
Jadi penderitaan sebagai dasar komunikasi personal adalah dalam keadaan apapun hanya Tuhanlah yang menjadi sumber utama pengharapan orang percaya oleh sebab itu didalam ketekunan baik dalam doa dan sikap menimbulkan tahan uji yang membuktikan kita adalah orang Kristen, datanglah kepada Tuhan sebab dia sanggup berubah segala sesuatunya indah dikemudian hari.
Tahan uji menghasilkan buah dan tahan uji juga merupakan proses pemurniaan menuju kesempurnaan karena iman yang teruji membuktikan orang tersebut dewasa dalam imannya semakin serupa dengan Kristus. Meskipun teologi kontemporer komprimi dengan teologi kemakmuran yang memandang hidup menderita adalah kutukan dari Tuhan.[8] Ini adalah ajaran yang tidak bertanggung jawab justu di dalam hidup menderita di satu sisi diajarkan Alkitab orang Kristen menjadi kuat, tegar, setia, taat dan jujur sehingga ketika ia harus melalui penderitaan yang berat dikemudian hari, ia tetap kuat dan sanggup melewatinya.  
Stephen Tong seorang pelayan Tuhan yang sungguh luar biasa dipakai Tuhan dalam misi Tuhan baik di dalam maupun luar negeri mengatakan bahwa hidup sebagai orang Kristen tidak pernah lepas dari penderitaan dan berbagai kesulitan lainnya. Bahkan Tuhan memakai segalanya itu sebagai proses pendewasaan meskipun kerap kali umatnya terbatas dalam memahaminya dan hanya mampu melihat yang terjadi secara fragmental dan larut di dalamnya.[9]
Teladan Pribadi Kristus








[1]Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Yayasan Gandum Mas, 2000), 435
[2]Ajith Fernando, Pola-pola Hidup Kristen, (Malang: Gandum Mas, 2005), 496.
[3]Derek Prime, Tanya Jawab Tentang Iman Kristen, peny., H.A. Oppusunggu, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 2006), pen., M.H. Simanungkalit, 46

[4]Warren. W, Pengharapan Di dalam Kristus, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), pen., Lina maria, 126
[5]Warren, Pengaharapan, 127.
[6]Bruce Milne, Mengagali Kebenaran dan Dasar Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), Pen., Conny Item-Corputty, 4: 328.
[7]Sastro Soedirdjo, Menggali Isi Alkitab Roma- Wahyu, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 1988), 38.
[8]Tumbur Tobing, Manusia Sukses, peny., Suko Rahmady, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2009), 34.

 [9] Stephen Tong, Iman dan Pengaharapan  Dalam Krisis, (Surabaya: Penerbit Momentum (STEMI dan LRII, 2007 ), 119. `